Pages

Rabu, 20 Oktober 2010

KALIMAT EFEKTIF BAHASA INDONESIA

1.                  Definisi Kalimat Efektif
            Kalimat efektif adalah kalimat yang berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud dari si pembicara atau penulis. Dalam hal ini hendaknya diketahui bahwa situasi terjadinya komunikasi juga sangat berpengaruh. . Kalimat yang dipandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu dipandang efektif jika dipakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya.
2.                  Syarat Kalimat Efektif
            Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.berikut penjelasan yang lebih rinci.
2.1.  Keterpaduan
            Keterpaduan kalimat bisa dibentuk jika ada keselarasan antara subjek - predikat, predikat – objek, dan predikat – keterangan. Dalam penulisan tampak kalimat-kalimat yang panjang tidak mempunyai Subjek dan Predikat. Ada pula kalimat yang secara gramatikal mempunyai subjek yang diantarkan oleh partikel.hal seperti ini hendaknya dihindarkan oleh pemakai kalimat agar kesatuan gagasan yang hendak disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh pembaca atau pendengar.

Contoh : Kebudayaan daerah adalah milik seluruh bangsa Indonesia

2.2.  Keparalelan
            Yang dimaksud kesejajaran (paralelisme) dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah ide dalam sebuah kalimat dinyatakan dengna frase (kelompok kata), maka ide-ide yang sederajat harus dinyatakan dengan frase. Jika sebuah ide dalam suatu kalimat dinyatakan dengan kata benda, maka ide lain yang sederajat harus dengan kata benda juga. Demikian juga halnya bila sebuah ide dalam sebuah kalimat dinyatakan dengan kata kerja, maka ide lainnya yang sederajat harus dinyatakan dengan jenis kata yang sama.

2.3.  Kehematan
            Kehematan adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dengan luasnya jangkauan makna yang diacu. Sebuah kalimay dikatakan hemat bukan karena jumlah katanya sedikit, sebaliknya dikatakan tidak hemat kerena jumlah katanya terlalu banyak. Yang utama adalah seberapa banyakkah kata yang bermanfaat bagi pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, tidak usah menggunakan belasan kata, kalau maksud yang dituju bisa dicapai dengan beberapa kata saja. Oleh karena itu, kata-kata yang tidak perlu bisa dihilangkan.
Contoh :
      Seorang daripada pembatunya pulang ke kampung kemarin.
Seharusnya : Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.

2.4.  Penekanan
·        Pemindahan letak Frase
·        Mengulang kata-kata yang sama

Contoh : Sejak dari usia delapan tauh ia telah ditinggalkan ayahnya.
Seharusnya : Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.

·        Penegasan dengan Intonasi
·        Penegasan dengan Partikel
·        Penegasan dengan kata keterangan
·        Penegasan dengan Kontras Makna
·        Penegasan dengan Pemindahan Unsur
·        Penegasan dalam bentuk pasif 

2.5.  Kevariasian
   Ciri kevariasian akan diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dngan kalimat yang lain. Kemungkinan variasi kalimat tersebut sebagai berikut.
a. Variasi dalam pembukaan kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektifitas, yaitu dengan variasi pada pembukaan kalimat. Dalam variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat dapat dimulai atau dibuka dengan :
1) Frase keterangan (waktu, tempat, cara)
2) Frase Benda
3) Frase Kerja
4) Partikel Penghubung
Contoh:
a) Mang Usil dari kompas menganggap hal ini sebagai suatu isarat sederhana untuk bertransmigrasi (Frase benda)
b) Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini (Frase Kerja)
c) Karena bekerja terlalu berat dia jatuh sakit (frase Penghubung)
b. Variasi dalam pola kalimat
Untuk efektifitas kalimat dan untuk menghindari suasana menoton yang dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat subjek – Predikat – Objek dapat diubah menjadi predikat – objek – Subjek atau yang lainnya.
Contoh :
1) Dokter muda itu belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju. (S – P- O)
2) Belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju doketr muda itu. (P – O – S)
3) Dokter muda itu oleh masyarakat desa Sukamaju belum dikenal. (S – O – P)
c. Variasi dalam jenis kalimat
Untuk mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan dalam kalimat Tanya atau kalimat perintah. Perhatikan contoh berikut.
……..Presiden SBY sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih hati-hati memamakai bahan baker dan energi dalam negeri. Apakah kita menangkap peringatan tersebut?
Dalam kutipan tersebut terdapat satu kalimat yang dinyatakan dalam bentuk Tanya. Penulis tentu dapat mengatakannya dalam kalimat berita. Akan tetapi untuk mencapai efektifitas, ia memakai kalimat Tanya.
d. Variasi bentuk aktif-pasif
Perhatikan contoh berikut!
a) Pohon pisang itu cepat tumbuh. Kita dengan mudah dapat menanamnya dan memeliharanya. Lagi pula kita tidak perlu memupuknya. Kita hanya menggali lubang, menanam, dan tinggal menunggu buahnya.
Bandingkan dengan kalimat berikut!
b) Pohon pisang itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang itu dapat ditanam dan dipelihara. Lagi pula tidak perlu dipupuk kita hanya menggali lubang, menanam dan tinggal menunggu buahnya.
Kalimat-kalimat pada paragaf (a) semuanya berupa kalimat katif, sedangkan pada paragraph (b) berupa kalimat aktif dan pasif. Dapat dikatakan, bahwa kalimat-kalimat pada paragraf (a) tidak bervariasi sedangkan paragraf (b) bervariasi, namun hanya variasi aktif – pasif.

sumber : 
http://anisa-jannahunesa.blogspot.com/2008_03_01_archive.html

           

                       

Sabtu, 16 Oktober 2010

KALIMAT DASAR BAHASA INDONESIA


Kalimat adalah satuan bahasa terkecil berupa rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan kepada orang lain baik secara tulisan maupun lisan. Sebuah kalimat harus memiliki unsur-unsur  dan pola. Berikut adalah penjelasan lebih lengkapnya.
            Unsur-Unsur Kalimat
Sebuah kalimat harus memiliki unsure-unsur sebagai berikut ini:
  • Subjek  merupakan jawaban atas pertanyaan apa dan siapa kepada predikat.
  • Predikat Menimbulkan pertanyaan apa dan siapa. Dapat berupa kata “adalah” atau “ialah”. Dapat disertai kata aspek (seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan) pada kalimat verba atau adjectiva dan modalitas (seperti ingin, hendak, dan mau) untuk menyatakan keinginan pelaku.
  • Objek : Untuk predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.
  • Pelengkap : Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
  • Keterangan : Unsur kalimat yang dapat diubah-ubah posisinya. Jika dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan keterangan. Keterangan dapat berupa keterangan waktu, keterangan tempat dan keterangan sebab-akibat.
Pola Kalimat Dasar.
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
  • Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.

 Mereka  sedang berenang. 
     S                 P (kata kerja)


Ayahnya adalah guru SMA.
       S            P (kata benda)

 Gambar itu bagus.
        S           P (kata sifat)

Peserta penataran ini  empat puluh orang.
           S                             P (kata bilangan)

  • Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek.

Mereka sedang menyusun  karangan ilmiah.
    S                  P                            O
  • Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap.
Anaknya  beternak  ayam.
       S               P        Pel.
  • Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap.

Dia  mengirimi  saya  surat.
S          P              O     Pel.
  • Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan keterangan.

Mereka  berasal  dari Surabaya.
    S             P               K (tempat)

Ayah sedang dinas kemarin malam
    S              P               K (waktu)
  • Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan.

Kami  memasukkan pakaian ke dalam lemari.
S                    P          O              K


http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/kalimat_dalam_bahasa_indonesia.pdf
http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/PengertianKalimat.pdf
http://serlykeguruan.blogspot.com/

Minggu, 03 Oktober 2010

RAGAM BAHASA

Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya. Dalam bahasa Indonesia kita mengenal ragam (variasi ) berbahasa. Berikut ini adalah ragam bahasa :
1.      Ragam Bahasa Lisan
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. lidah setajam pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara komunikasi. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur  di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis,  walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.  Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Contoh Ragam Lisan :
  • Rombongan tamu Negara sebentar lagi tiba.
  • Sumur itu digali menggunakan alat modern.
  • Dia lagi sakit makanya tidak ikut bertanding.
  • Aku bingung karena pendirian dia suka berubah.
  • Pamannya pendiam sekali tapi bibinya cerewet sekali.
  •   Nia sedang baca surat kabar
  •  Ari mau nulis surat
  •  Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
  •  Mereka tinggal di Menteng.
  •   Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
  •  Saya akan tanyakan soal itu.
  •  Ariani bilang kalau kita harus belajar
  •  Kita harus bikin karya tulis
  • Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
2.      Ragam Bahasa Tulis
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Contoh Ragam Tulis :
  • Rombongan tamu Negara akan segera tiba.
  • Sumur itu digali dengan alat-alat modern.
  • Dia sedang sakit karena itu dia tidak ikut bertanding.
  • Pendiriannya selalu berubah oleh sebab itu aku jadi bingung.
  • Pamannya pendiam sekali tetapi bibinya cerewet luar biasa.
  • Nia sedang membaca surat kabar
  •  Ari mau menulis surat
  •   Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
  •   Mereka bertempat tinggal di Menteng
  •    Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
  •  Akan saya tanyakan soal itu. 
  •   Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
  •  Kita harus membuat karya tulis.
  • Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
Dalam Ragam Tulis, kita mengenal istilah ragam bahasa standar dan ragam bahasa nonstandar. Berikut adalah perbedaannya :
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan:
  • Topik yang sedang dibahas,
  • Hubungan antar pembicara,
  • Medium yang digunakan,
  • Lingkungan, atau
  • Situasi saat pembicaraan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar :
  • Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
  •  Penggunaan kata tertentu,
  • Penggunaan imbuhan,
  •  Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan penggunaan fungsi yang lengkap
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti. Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.
Contoh ragam bahasa standar dan nonstandar :
  •   Ibu mengatakan bahwa kita akan pergi besok (ragam bahasa standar). 
  •    Ibu mengatakan, kita akan pergi besok (ragam bahasa nonstandard).
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pĂ«mbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis